Senin, 30 Juni 2008

Untuk Wakil Bangsaku


Pewaris Negeri
Album : Pewaris Negeri
Munsyid : Izzatul Islam


Intro;
Janganlah ragu
Melangkah maju
Tegakkan keadilan

Reff:
Padamu pewaris negeri
harapan slalu terpatri
Azzam tetap membahana
Hingga terwujudkan janji

Menderas maju nan tiada ragu
Hantam angkara sibakkan gulita
Sibak panji Islam kan mengangkasa
Umat mulia menghulu semesta

Melangkah beriringan
Lantakkan kebatilan
Bergerak keharmonian
Tegakkan keadilan

Sgala rintangan menjadi suratan
Penempa diri mujahid sejati
Janji ALLAH lah jadikan tujuan
Hidup mulia atau kesyahidan

IZZIS Q-ren


Al Aqsha Memanggil
Album : Al Aqsha Memanggil
Munsyid : Izzatul Islam



Ayunkan langkahmu
Luruskan niatmu
Tetapkan azzammu
Janganlah kau ragu

Slamatkan Islammu
Bebaskan duniamu
Hadapi musuhmu
Hilangkan malasmu

Al Aqsha memanggil
Al Aqsha menyeru
Slamatkan Al Aqsha
Slamatkan! Slamatkan!!

Bakarlah smangatmu
Syahid menunggumu
Bebaskan Palestin
Bebaskan! Bebaskan!!

Slamatkan Al Quds yangmulia
Dari cengkraman durjana
Hancurkan Yahudi
Hancurkan! Hancurkan!!

Pastikan langkah sucimu
Bebaskan dunia Islammu
Menang atau syahid
Itu yang kau tuju

My Favourite Nasyid


Bingkai Kehidupan
Album : Tak Kenal Henti !!!
Munsyid : Shoutul Harokah



(Intro. Drum)
Ha hahaha hahaha hahaha
Haaa hahahaaa hahahaha hahahaha

Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan

Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur?anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
Al Mautu fi sabilillah, asma amanina

ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur?an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi

Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan ﷲﺍ,
Kan menjadi saksi pengorbanan

Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur?anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
AlMautu fi sabilillah, asma amanina

ﷲﺍ adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur?an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan ﷲﺍ adalah,
Cita-cita kami tertinggi
Cita-cita kami tertinggi

Arti Nasyid Kamisama


KAMISAMA (Japanesse)
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic
http://liriknasyid.com


Tai you ga nishi no, tai you ga nishi no, suiheiseng ni sizunda toki 2x
Watashi wa jibun no sitekita koto hitotsu-hitotsu o omoi dasitemita

Reff :
Kamisama, yoruga otozureta toki
Kamisama, tai you ga sizumu to doujini
Jibun ga nandomo kurikaesitekita ayamichi o kuyande
Noitemo douka oyurushi kudasai

Lagu/lirik : Deden Supriadi/Irsa/Sekar

Terjemahan :

Ketika matahari terbenam
di ufuk barat

Ku mencoba mengingat satu-persatu
Apa yang telah kuperbuat hingga kini

Reff.
Tuhan, ketika malam tiba
Tuhan, bersamaan dengan tenggelamnya mentari
Aku menangis menyesali dosa-dosa
Yang telah berulangkali kuperbuat
Maka ampunilah aku..


Catatan :
Padanan langsung Tuhan dalam bahasa Jepang sebenarnya kurang tepat
Kamisama. Karena Kamisama (Tuhan) dalam konteks bahasa Jepang adalah untuk
Dewa (salah satu dewa). Namun kami tidak menemukan padanan langsung
Tuhan seperti halnya God dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu Kamisama
dalam hal hal ini maksudnya adalah Tuhan (Rabb).

Minggu, 29 Juni 2008

HAR Tahunan

Foto Bareng Habis Pemeliharaan Bay PHT Lb.Linggau 1 GI Pekalongan

Dari kiri ke kanan

Atas : Kak Yayan, Fatur, Ridwan

Bawah : Kak Indra, Kak Miftah, Kak Rio, Pak Supratman, Pak Bambang

Jumat, 27 Juni 2008

jaduull


Caleg PKS 70 Persen 'Jadul'


Jakarta, myRMnews. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menargetkan 70 persen kadernya yang duduk di parlemen akan kembali dimaksukkan sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada pemilu 2009 nanti.

Hal itu dikatakan Presiden PKS Tifatul Sembiring, siang ini (Kamis, 26/6). Sementara 30 persen caleg berasal dari eksternal PKS.

“Diprioritaskan kader yang usianya di bawah lima puluh tahun,” katanya.

Kata Tifatul, pada Pemilu 2009 nanti, PKS akan memberikan jatah 36 persen kepada kaum perempuan.

Menurut dia, setiap caleg yang akan bertarung pada pemilu nanti diwajibkan lolos sensor dari Dewan Syariah PKS.

“Ini untuk menghindarkan calon yang bermasalah, yang membuat nama PKS jatuh,” katanya.

Tifatul berjanji tidak akan ada proses politik uang pada proses penyeleksian caleg dan pada proses kampanye nanti.

“Para caleg akan menggunakan dana sesuai dengan kemampuan dananya masing-masing,” katanya.

Terkait calon presiden 2009 nanti, Tifatul mengatakan PKS akan mencalonkan capres sendiri jika pada pemilu legislatif mendapatkan suara minimal 10 persen.

“Jika tidak, ya tidak memunculkan capres dari internal,” katanya. [min]

Euro '08 PKS


PKS Tendang 20 Bola untuk Caleg


Jakarta - Demam bola Piala Eropa 2008 rupanya menular di acara launching calon legislatif (caleg) DPP PKS. 20 Bola ditendang ke arah caleg PKS periode 2009-2014. Gol!

Bola warna putih dan biru ini ditendang dan dilempar secara bergantian oleh jajaran pengurus DPP PKS di Hotel Millenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (26/6/2008).

Ketua Umum DPP PKS Tifatul Sembiring mendapat giliran pertama untuk melancarkan tendangan 'mautnya'. Bola yang ditendang dari atas panggung itu pun ditangkap 100 caleng PKS dari berbagai daerah yang hadir pada acara itu.

Selain Tifatul, Sekjen PKS Anis Matta, Ketua Majelis Pertimbangan Partai PKS Hilmi Aminudin, dan Dewan Syariah PKS Surahman Hidayat mendapat ikut giliran menendang bola.

"20 Bola yang ditendang merupakan simbol dari 20 persen suara yang ditargetkan pada pemilu 2009," kata Tifatul.

Acara dihadiri Menpora Adhyaksa Dault, dan Ketua MPR Hidayat Nurwahid. ( aan / ana )

Balita PKS


Pemuli 2009

Caleg PKS Balita

Mantan Presiden PKS yang juga Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid dipasang di daerah pemilihan (Dapil) 5 Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Mennegpora Adhyaksa Dault berada di Dapil 6 Provinsi Sulawesi Tengah. Sementara itu, mantan cagub pilkada Jakarta Adang Daradjatun berada di Dapil 3 DKI Jakarta. Masing-masing berada di nomor urut 1.


PK-Sejahtera Online: Presiden Partai Keadilan Sejahtera Ir H Tifatul Sembiring mengatakan bahwa calon legislatif PKS tahun 2009-2014 mayoritas "BALITA" alias bawah lima puluh tahun. Komposisinya adalah laki-laki 63 persen, perempuan 37 persen. Sedangkan jika dilihat dari pendidikan SMA 8 persen, S1 42 persen, S2 38 persen, S3 12 persen. usia 20-30 tahun 12 persen, 30-40 tahun 32 persen, 40-50 tahun 45 persen dan diatas 50 tahun 11 persen.

"Kita ingin fraksi PKS kedepan adalah fraksi yang gesit. Mampu menangkap aspirasi rakyat secara cepat dan mencari solusi terbaik bagi bangsa. Ibarat tim sepakbola fraksi PKS harus kompak dan memiliki stamina prima untuk mencetak goal," tegasnya dalam acara Launching Calon Anggota Dewan PKS di Hotel Millenium, Jakarta Pusat.

Mantan Presiden PKS yang juga Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid dipasang di daerah pemilihan (Dapil) 5 Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Mennegpora Adhyaksa Dault berada di Dapil 6 Provinsi Sulawesi Tengah. Sementara itu, mantan cagub pilkada Jakarta Adang Daradjatun berada di Dapil 3 DKI Jakarta. Masing-masing berada di nomor urut 1.

Melalui SK No. 023/D/SKEP/DPP-PKS/1429 Tanggal 24 Juni 2008 yang ditandatangani oleh Presiden PKS Tifatul Sembiring dan sekjen Anis Matta.

Rabu, 25 Juni 2008

Lapindo... :-(

Wahyudin Munawir, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS

Kasus Lapindo dan Cermin Buram Rezim SBY-JK

Dua tahun sudah semburan lumpur panas Lapindo muncrat ke permukaan bumi Sidoarjo. Selama dua tahun itu pula pelbagai masalah muncul dan tenggelam. Di tengah ketidakjelasan itu, Lapindo tampaknya di atas angin. Secara umum Lapindo Brantas Tbk, perusahaan yang dituduh menjadi penyebab munculnya semburan itu, mulai bernapas lega karena sejumlah pengaduan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat untuk menghukum Lapindo gagal karena dimentahkan pengadilan.


Dua tahun sudah semburan lumpur panas Lapindo muncrat ke permukaan bumi Sidoarjo. Selama dua tahun itu pula pelbagai masalah muncul dan tenggelam.

Selama dua tahun itu pula rezim SBY-JK tak bisa berbuat apa-apa, kecuali mencari dalih untuk lepas tangan dari persoalan lumpur panas dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Yang menarik, selama dua tahun, masalah hukum yang berkaitan dengan munculnya semburan lumpur panas tidak ada yang jelas.

Di tengah ketidakjelasan itu, Lapindo tampaknya di atas angin. Secara umum Lapindo Brantas Tbk, perusahaan yang dituduh menjadi penyebab munculnya semburan itu, mulai bernapas lega karena sejumlah pengaduan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat untuk menghukum Lapindo gagal karena dimentahkan pengadilan.

Di pihak lain, sebagian politisi Senayan, khususnya dari Partai Golkar dan Demokrat, sudah sepakat bahwa semburan lumpur panas itu adalah bencana nasional. Karena merupakan bencana nasional, maka seluruh dampak yang timbul akibat semburan lumpur khususnya untuk mereka yang tinggal di luar wilayah terdampak menjadi tanggungan pemerintah (melalui APBN).

Puluhan ribu korban lumpur Lapindo yang hidupnya sengsara kini hanya menerima belas kasihan dari orang lain. Bagi rakyat korban Lapindo, pemerintah seakan-akan tidak ada.

Pemerintah yang seharusnya prorakyat, malah bertindak sebaliknya, pro-Lapindo. Ini terbukti dari berbagai kasus, mulai dari kompensasi warga yang tidak jelas ujung pangkalnya, pengalihan tanggung jawab kasus kompensasi warga yang dirugikan Lapindo kepada pemerintah, dan gagalnya rakyat setempat mengadukan permasalahannya kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Orang-orang pemerintah seperti melakukan kur dan nyanyian bersama menyalahkan alam sebagai penyebab bencana, bukan Lapindo. Sebuah taktik jitu untuk mengelabui rakyat karena alam memang tidak pernah bisa berbicara terus terang, apakah ia bertanggung jawab atau tidak.

Hebatnya lagi, pemerintah pun bisa mengooptasi sejumlah ilmuwan untuk menyatakan bahwa kasus Lapindo adalah bencana alam (termasuk ilmuwan BPPT dan LIPI). Meski demikian, masih ada ilmuwan yang jujur yang menyatakan bahwa kasus Lapindo adalah akibat kesalahan manusia (termasuk Dr Adriano Mazzini dari Swedia dan Prof Mori dari Jepang).

Dari perjalanan mengatasi problem korban Lapindo, kini rakyat sudah mengetahui bahwa antara Lapindo dan Jakarta terjadi kolusi untuk membohongi rakyat yang terkena bencana. Dari berbagai peristiwa, opini masyarakat memang sudah mengarah ke sana, pemerintah selalu mendukung Lapindo.

Itulah sebabnya tahun lalu ratusan warga Sidoarjo datang ke gedung DPR dan Istana. Bahkan, gedung DPRD Sidoarjo diserbu massa karena dituduh menjadi antek Lapindo.

Kita masih ingat, di awal-awal semburan lumpur panas muncrat Mei 2006, pemerintah sangat percaya diri akan bisa mengatasinya dalam waktu satu bulan. Ternyata bulan demi bulan, bahkan sampai sekarang, janji tersebut nol besar.

Pemerintah baru menyadari bahwa kasus Lapindo bukanlah kasus lokal, tapi kasus nasional. Kasus nasional karena Lapindo menjadi simbol ketidakmampuan rezim mengatasi pelbagai persoalan. Ada persoalan hukum yang berkaitan dengan kesalahan teknis Lapindo (baca: semburan itu muncul karena dalam pengeboran minyak, Lapindo tidak memakai selubung untuk menghindari blow up lumpur dan air).

Berikutnya, persoalan keberpihakan kepada rakyat yang terkena bencana. Persoalan ketidakberdayaan rezim menghadapi kekuasaan Bakrie Group yang berlindung di baju partai terbesar (Golkar) dan uang.

Belum lama ini, Aburizal Bakrie, big bos Lapindo, ditetapkan sebagai orang terkaya di Asia Tenggara oleh majalah Globe Asia edisi Mei 2008. Jumlah kekayaan Bakrie menurut majalah itu 9,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 90 triliun, naik sembilan kali lipat dibanding kekayaannya pada 2007 yang sebesar 1,05 miliar dolar AS.

Dengan kekayaan sebesar itu, mestinya Bakrie sebagai pemilik mayoritas Lapindo Tbk bisa memberikan ganti rugi yang layak kepada para korban lumpur Sidoarjo, khususnya kepada korban yang berada di luar wilayah terdampak. Tapi apa lacur? Alih-alih memberikan ganti rugi yang layak kepada korban Lapindo, Bakrie justru menyerahkan tanggung jawab ganti rugi tersebut kepada pemerintah.

Pemerintah yang tak pernah tahu-menahu bagaimana proses munculnya semburan itu, tiba-tiba disuruh bertanggung jawab terhadap korban lumpur. Siapa yang menyuruh? Mudah-mudahan bukan Aburizal Bakrie.

Dari gambaran itulah kita tahu betapa lemahnya rezim SB-JK menghadapi persoalan rakyat korban lumpur Lapindo. Dalam kasus semburan lumpur, SBY jelas menggunakan politik belah bambu. Satu bambu diinjak, satu bambu lagi diangkat. Rakyat diinjak, sementara orang itu yang punya kuasa dan punya uang diangkat lagi. Hasilnya, pemerintah lebih propengusaha yang cari untung ketimbang prorakyat yang buntung.

Fenomena ini juga bisa menjelaskan kenapa SBY-JK menaikkan harga minyak. Padahal sejumlah elemen masyarakat, seperti pengusaha, politisi, dan elite ekonomi yang prorakyat telah wanti-wanti agar SBY tak menaikkan harga minyak. Sebab, akibat kenaikan tersebut harga barang-barang kebutuhan sehari-hari melonjak drastis.

Rakyat kecil yang terkena dampak bencana nyaris tak bisa berbuat apa-apa. Apakah nasihat prorakyat itu diikuti? Tidak! SBY-JK memang lebih suka propasar neoliberal.

Kasus Lapindo, kasus kenaikan harga BBM, dan kasus blue energy bisa menggambarkan siapa dan apa rezim SBY-JK. Mereka adalah bukan manusia-manusia pemberani yang membela rakyat. Sebaliknya, manusia-manusia yang penakut kepada para pengusaha.

Di pikiran para pimpinan negara tersebut, hidup hanya untuk ekonomi dan ekonomi. Mereka lupa bahwa hidup bernegara adalah hidup untuk saling melindungi, saling kerja sama, saling memahami, dan saling berbagi rasa. Tujuannya, seperti disebutkan Pasal 33 UUD 45, demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

oleh2 dari ust.Rahmat Abdullah


(Alm) Ust. Rahmat Abdullah

Membangun dan Membina Militansi Kita

PK-Sejahtera Online: Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.


Ba'da tahmid wa shalawat

Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat 19 Ayat 12 : .....
Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah ..." (QS. Maryam (19):12)

Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: "Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik".

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da'i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.

Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:

"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq".(QS. Al-A'raaf (7):145)

Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 :

"Hudzil kitaab bi quwwah" (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat).

Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: "Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian".

Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya.

Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: "Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi". Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.

Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya.

Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras.

Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir'aun.

Berkat do'a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir'aun beserta bala tentaranya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir'aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguh-sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.

Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya.

Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain".

"Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi".

"Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya".

"Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".

"Mereka berkata: "Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja".

"Berkata Musa: "Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu".

"Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu".
Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra'du (13):11, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri".

Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir'aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do'a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu'ara (26):61-62, "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku".

Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah "qaumun jabbarun" yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir'aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.

Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat.

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, "In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam" (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).
Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. "Pergilah engkau dengan Tuhanmu". Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu.

Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum.

Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.

Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: "Ud'uulanaa robbaka" (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: "Pimpinlah kami untuk berdo'a pada Tuhan kita".

Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja.

Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: "Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa". Sahabat bertanya: "Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "Siapa lagi?".

Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin.
Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.

Mentalitas Bal'am, ulama di zaman Fir'aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur'an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal'am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir'aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal'am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah.

Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.

Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.

Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas.

Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. "Demi Allah, ini pasti bukan manusia". Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.

Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan.

Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da'i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin.
Wallahu a'lam bis shawab

Catatan Untuk Murabbi: Setelah mendapatkan taujih ini diharapkan kader Memahami urgensi militansi kader dalam pemenangan dakwah serta memahami cara-cara membina militansi kader